Wisata Pantai Sendang Biru Kota Malang

Pantai Sendang Biru
Pantai Sendang biru terletak 69 km ke arah selatan dari kota Malang. Untuk bisa berkunjung di Pantai Sendang biru ini harus melewati Turen, kemudian Sumbermanjing Wetan. Tempatnya berada di kecamatan Sumber Manjing Wetan. Pantai Sendang biru lebih dikenal sebagai tempat pendaratan dan pelelangan ikan Kabupaten Malang.


Pantai ini berhadapan dengan Pulau Sempu. Jarak keduanya hanya dipisahkan oleh selat sempit. Jarak antara Pantai Sendang biru dan Pulau Sempu sangat cocok dipakai untuk berperahu atau olah raga air pantai lainnya. Pada tanggal 7 atau 8 Syawal, banyak masyarakat yang naik perahu menuju Pulau Sempu untuk mengambil air tawar yang ada di sana. Menurut kepercayaan, air tawar Pulau Sempu mujarab untuk kesehatan atau kesembuhan.
Bernama pantai Sendang biru karena di pantai ini ada sumber air atau dalam bahasa Jawa yang berarti “sendang” yang berwarna biru.

Menikmati Paronama Eksotika Kota Malang

malang Menikmati Eksotika Panorama Malang Tak cuma kebun apel, banyak hal bisa dinikmati di kota ini. Mulai dari wisata budaya sampai wana wisata . Punya rencana untuk jalan-jalan bersama keluarga saat Lebaran nanti? Cobalah pilih Malang sebagai tujuan wisata Anda kali ini. Tahukah Anda, sejak masa kolonial, Malang dikenal sebagai tujuan wisata dan tempat peristirahatan bagi orang-orang Belanda. Iklim tropis pegunungan yang sejuk serta panorama alamnya yang menawan menjadikan kota ini mendapat julukan, Paris Van East Java dan Switzerland of Indonesia. Julukan yang sangat indah, bukan? Kota Malang juga merupakan pusat pertemuan beragam etnik, agama, kepercayaan, dan budaya yaitu Jawa Tengahan, Jawa Kulonan, Jawa Wetanan (Blambangan), Pesisi Lor dan Kidul, Madura, Osing (Jawa – Bali) dan Mandalungun (Madura – Jawa) sehingga memiliki keunikan serta daya tarik tersendiri. Anda yang tinggal di Jakarta, bisa menjangkau kota ini lewat jalur darat dan udara. Bila menggunakan jasa trasportasi udara, Anda dapat menggunakan layanan maskapai penerbangan dengan rute Jakarta-Malang langsung dengan 3 kali penerbangan sehari.

Begitu menjejakkan di kota Malang, Anda akan segera merasakan aroma kolonial. Maklum, sejumlah bangunan asli peninggalan Belanda masih berdiri kokoh dan tampak sangat terawat di sini. Sebut saja misalnya, gedung Balai Kota yang berada di Jalan Tugu. Selain itu, ada juga hotel dan restoran dengan bangunan berarsitektur khas Eropa. Semua itu tentu saja memperkental nuansa kolonial itu.
Puas menikmati suasana kota Malang, segera lanjutkan acara jalan-jalan Anda ke wilayah-wilayah di sekitar kota ini. Untuk Anda ketahui, Malang yang terbagi menjadi tiga daerah otonom — yakni Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu yang kini disebut Malang Raya — terdapat sekitar 66 objek wisata. Sungguh, bukan jumlah yang sedikit.
malang1 Menikmati Eksotika Panorama Malang Kini, mulailah menjelajahi Kota Batu. Wilayah yang secara resmi menjadi daerah tingkat II sejak 17 Oktober 2001 ini menawarkan obyek wisata yang sangat beragam. Ada pemandian air panas Cangar, air terjun Coban Talun, gua Coban Jepang, Coban Talon, pemandian Selecta, serta wisata Bukit Apel.
Di antara tempat-tempat wisata di Batu, pemandian Selecta adalah salah satunya yang cukup diminati. Sembari menikmati hawa sejuk khas pegunungan, Anda bisa menikmati berbagai fasilitas di taman wisata ini seperti kolam renang, restoran, taman bermain anak-anak, juga panorama taman yang sangat asri.
Wana wisata
malang2 Menikmati Eksotika Panorama Malang Kini, cobalah suasana yang lain. Bagaimana jika Anda mengunjungi salah satu objek wana wisata di Kabupaten Malang, yakni air terjun Coban Rondo. Terletak 12 km dari Kota Batu, Coban Rondo adalah air terjun yang memiliki ketinggian 60 m. Dibanding obyek wana wisata lainnya, Coban Rondo terhitung paling mudah dijangkau. Jalan masuk menuju lokasi sudah beraspal, sehingga sangat memudahkan wisatawan apabila ingin mengunjungi tempat ini.
Air terjun Coban Rondo menyimpan legenda unik. Konon, di bawah air terjun terdapat gua tempat tinggal seorang wanita bernama Dewi Anjarwati. Alkisah, seorang pemuda bernama Joko Lelono tertarik akan kecantikan Dewi Anjarwati dan hendak menculiknya. Lalu terjadilah pertempuran antara Joko Lelono dengan suami Anjarwati yakni Raden Baron Kusuma. Raden Baron tewas dalam pertempuran itu dan istrinya disembunyikan di gua oleh para punokawan-nya. Karena itulah tempat ini diberi nama Coban Rondo, yang artinya air terjun janda.
Selain deburan air terjun, di Coban Rondo terhampar pula kemolekan alam, hijaunya pepohonan, serta aneka satwa. Agar puas menikmati tempat ini, tak ada salahnya Anda meluangkan waktu barang satu hari untuk menginap. Tak perlu repot pasang tenda, Anda bisa kok mencari penginapan di daerah wisata Songgoriti yang berjarak sekitar 5-8 km dari lokasi Coban Rondo. Satu saran untuk Anda, jangan lupa untuk membawa jaket atau sweater bila hendak mengunjungi Coban Rondo. Ini karena Coban Rondo terletak di kawasan yang memiliki iklim sejuk. Bawa juga baju ganti untuk berjaga-jaga apabila baju Anda basah.
malang3 Menikmati Eksotika Panorama Malang Melancong ke Malang, belum lengkap bila tak mengunjungi objek wisata budaya. Di wilayah Malang, bertebaran sejumlah candi. Candi Singosari, salah satunya. Candi ini terletak sekitar 12 km dari pusat kota Malang ke arah utara, tepatnya di Desa Singosari. Sejarah mencatat, candi ini didirikan pada tahun 1304 dan merupakan bagunan terakhir yang didirikan dinasti Singosari. Sayang, pembangunan candi itu sepertinya belum sempat selesai. Meski demikian, berwisata ke Candi Singosari dapat menambah pengalaman dalam melakukan wisata budaya.
Candi lain yang terdapat di Malang adalah Candi Sumberawan. Candi yang terletak di kaki Gunung Arjuna itu dapat ditempuh dengan perjalanan sekitar 5 km ke arah barat laut kota Malang.

Museum Brawijaya Kota Malang

Usaha untuk pendirian museum militer ini sudah dilakukan sejak tahun 1962 dan diprakarsai oleh Brigjen TNI (Purn) Soerachman (Mantan Pangdam VIII/Brawijaya tahun 1959-1962).
Museum ini didirikan supaya masyarakat bisa mengenal dan mengenang sejarah perjuangan bangsa Indonesia khususnya rakyat Jawa Timur sejak tahun 1945. Pembangunan museum ini mendapat partisipasi dari Sdr. Martha seorang pemilik Hotel di Tretes Pandaan, beliau menyatakan kesanggupannya untuk menanggung biaya pembangunan gedung museum, sedangkan pemerintah daerah Kota Madya Malang menyediakan lokasi tanah yang terletak di Taman Indrakila (sekarang Jl. Ijen 25A Malang) seluas kurang lebih 10.500 m2 dengan luas gedung pameran, perpustakaan dan perkantoran kurang lebih 3.200 m2.
bra1
Pelaksanaan pembangunan gedung Museum Brawijaya arsitekturnya diserahkan sepenuhnya kepada Zidam VIII/Brawijaya dan dipercayakan kepada Kapten Czi Ir. Soemadi yang akhirnya dapat dilaksanakan pada tahun 1967 sampai dengan tahun 1968.
Sebelum gedung Museum diresmikan, terlebih dahulu dilakukan pemberian nama yang berdasar Keputusan Pangdam VIII/Brawijaya nomor Kep/75/IV/1968 tanggal 16 April 1968 tentang pemberian nama Museum Brawijaya dengan sesanti “Citra Uthapana Cakra”.
* Citra : Sinar, Cahaya.
* Uthapana : Yang membangun/membangkitkan.
* Cakra : Kekuatan/semangat.
Jadi secara keseluruhan Citra Uthapana Cakra dapat diartikan sebagai “Sinar yang membangkitkan semangat/kekuatan”.
bra2




Pada tanggal 4 Mei 1968 gedung Museum Brawijaya diresmikan dengan suatu upadara resmi. Dalam upacara tersebut, Pangdam VIII/Brawijaya menunjuk Kolonel (Purn) DR. Soewondo (Mantan Pangdam VIII Brawijaya pada tahun 1952) mewakili pini sepuh keluarga besar Brawijaya untuk bertindak sebagai Inspektur Upacara dan dihadiri oleh Pangdam VIII Brawijaya Mayjen TNI M. Yasin beserta keluarga besar Brawijaya.
Setelah pelaksanaan reorganisasi Bintaldam VIII Brawijaya dan likuidasi Jarahdam VIII Brawijaya ke dalam fungsi Bintal pada tahun 1986, maka terbentuklah organisasi baru Bintaldam V Brawijaya sehingga Museum Brawijaya berada di bawah Komando Bintaldam V Brawijaya.

Perjalanan Arema di ISL


Monumen Singa Bola dari warga yang didedikasikan untuk Arema
Kompetisi Liga Super Indonesia ke-1 2008-2009 Arema berada di urutan ke-10. Dua bulan Setelah kompetisi usai tepatnya 3 Agustus 2009 di Hotel Santika Malang pemilik klub Arema, PT Bentoel Investama, Tbk melepas Arema ke kumpulan orang-orang peduli terhadap Arema (konsorsium).[4] Pelepasan Arema ini adalah dampak dari penjualan saham mayoritas PT Bentoel Investama, Tbk. ke British American Tobacco. Sebelumnya ada wacana untuk menggabungkan Arema dengan Persema Malang menjadi satu, namun ditolak oleh Aremania. Arema pada musim kompetisi 2009-10 yang ditukangi oleh Robert Rene Alberts meraih gelar Juara Liga Super Indonesia dan Runner-up Piala Indonesia.

Perjalanan Arema di Ligina


Sejak mengikuti Liga Indonesia, Arema F.C. tercatat sudah 7 kali masuk putaran kedua. Sekali ke babak 12 besar (1996/97) dan enam kali masuk 8 besar( 1999/00, 2001, 2002, 2005, 2006,& 2007). Walaupun berprestasi lumayan, tapi Arema tidak pernah lepas dari masalah dana. Hampir setiap musim kompetisi masalah dana ini selalu menghantui sehingga tak heran hampir setiap musim manajemen klub selalu berganti. Pada tahun 2003, Arema mengalami kesulitan keuangan parah yang berpengaruh pada prestasi tim. Hal tersebut yang kemudian membuat Arema FC diakuisisi kepemilikannya oleh PT Bentoel Internasional Tbk pada pertengahan musim kompetisi 2003 meskipun pada akhirnya Arema terdegradasi ke Divisi I. Sejak kepemilikan Arema dipegang oleh PT Bentoel Internasional Tbk, prestasi Arema semakin meningkat; 2004 juara Divisi I, 2005, dan 2006 juara Copa Indonesia, 2007 juara Piala Soeratin LRN U-18. Pada tahun 2006 dan 2007 Arema dan Benny Dollo mendapatkan penghargaan dari Tabloid Bola sebagai tim terbaik dan Pelatih terbaik.

Perjalanan Arema di Galatama


Skuad Arema ketika Juara Kompetisi Galatama XII 1992/93
Di awal keikut sertaan di Kompetisi Galatama Ovan Tobing dan Lucky Acub Zaenal mulai bekerja keras mengurus segala tetek-bengek mulai pemain, tempat penampungan (mess pemain), lapangan sampai kostum mulai diplaning.Bahkan,gerilya mencari pemain yang dilakukan Ovan satu bulan sebelum Arema resmi didirikan.Pemain-pemain seperti Maryanto (Persema), Jonathan (Satria Malang), Kusnadi Kamaludin (Armada), Mahdi Haris (Arseto), Jamrawi dan Yohanes Geohera (Mitra Surabaya), sampai kiper Dony Latuperisa yang kala itu tengah menjalani skorsing PSSI karena kasus suap, direkrut. Pelatih sekualitas Sinyo Aliandoe, juga bergabung.
Hanya saja, masih ada kendala yakni menyangkut mess pemain. Beruntung, Lanud Bandar Udara Abdul Rachman Saleh mau membantu dan menyediakan barak prajurit Paskhas TNI AU untuk tempat penampungan pemain. Selain barak, lapangan Pagas Abd Saleh, juga dijadikan tempat berlatih. Praktis Maryanto dkk ditampung di barak. “TNI-AU memberikan andil yang besar pada Arema,” papar Ovan.
Sempat ada kendala, yakni masalah dana –masalah utama yang kelak terus membelit Arema. “Kalau memang tidak ada alternatif lain, ya papimu Luk yang harus mendanai,” jelas Ovan saat mengantarnya ke Bandara Juanda. Sepulang dari Jakarta, Acub Zaenal sepakat menjadi penyandang dana.
Prestasi klub Arema bisa dibilang seperti pasang surut, walaupun tak pernah menghuni papan bawah klasemen, hampir setiap musim kompetisi Galatama Arema F.C. tak pernah konstan di jajaran papan atas klasemen, namun demikian pada tahun 1992 Arema berhasil menjadi juara Galatama. Dengan modal pemain-pemain handal seperti Aji Santoso, Mecky Tata, Singgih Pitono, Jamrawi dan eks pelatih PSSI M Basri, Arema mampu mewujudkan mimpi masyarakat kota Malang menjadi juara kompetisi elit di Indonesia.

Awal mula berdirinya PS Arema

(Arema Football Club/Persatuan Sepak Bola Arema nama resminya) lahir pada tanggal 11 Agustus 1987, dengan semangat mengembangkan persepak bolaan di Malang. Pada masa itu, tim asal Malang lainnya Persema Malang bagai sebuah magnet bagi arek Malang. Stadion Gajayana –home base klub pemerintah itu– selalu disesaki penonton. Dimana posisi Arema waktu itu? Yang pasti, klub itu belum mengejawantah sebagai sebuah komunitas sepak bola. Ia masih jadi sebuah “utopia”.
Adalah Acub Zaenal mantan Gubernur Irian Jaya ke-3 dan mantan pengurus PSSI periode 80-an yang kali pertama punya andil menelurkan pemikiran membentuk klub Galatama di kota Malang setelah sebelumnya membangun klub Perkesa 78. Jasa “Sang Jenderal” tidak terlepas dari peran Ovan Tobing, humas Persema saat itu. “Saya masih ingat, waktu itu Pak Acub Zainal saya undang ke Stadion Gajayana ketika Persema lawan Perseden Denpasar,” ujar Ovan. Melihat penonon membludak, Acub yang kala itu menjadi Administratur Galatama lantas mencetuskan keinginan mendirikan klub galatama. “You bikin saja (klub) Galatama di Malang,” kata Ovan menirukan ucapan Acub.
Beberapa hari setelah itu, Ir Lucky Acub Zaenal –putra Mayjen TNI (purn) Acub Zaenal– mendatangi Ovan di rumahnya, Jl. Gajahmada 15. Ia diantar Dice Dirgantara yang sebelumnya sudah kenal dengan dirinya. “Waktu itu Lucky masih suka tinju dan otomotif,” katanya. Dari pembicaraan itu, Ovan menegaskan kalau dirinya tidak punya dana untuk membentuk klub galatama. “Saya hanya punya pemain,” ujarnya. Maka dipertemukanlah Lucky dengan Dirk “Derek” Sutrisno (Alm), pendiri klub Armada ‘86.
Berkat hubungan baik antara Dirk dengan wartawan olahraga di Malang, khususnya sepakbola, maka SIWO PWI Malang mengadakan seminar sehari untuk melihat "sudah saatnyakah Kota Malang memiliki klub Galatama?" Drs. Heruyogi sebagai Ketua SIWO dan Drs. Bambang Bes (Sekretaris SIWO) menggelar seminar itu di Balai Wartawan Jl. Raya Langsep Kota Malang. Temanya "Klub Galatama dan Kota Malang", dengan nara sumber al; Bp. Acub Zainal (Administratur Galatama), dari Pengda PSSI Jatim, Komda PSSI Kota Malang, Dr. Ubud Salim, MA. Acara itu dibuka Bp Walikota Tom Uripan (Alm). Hasil atau rekomendasi yang didapatkan dari seminar: Kota Malang dinilai sudah layak memiliki sebuah klub Galatana yang professional.

Harus diakui, awal berdirinya Arema tidak lepas dari peran besar Derek dengan Armada 86-nya. Nama Arema awalnya adalah Aremada-gabungan dari Armada dan Arema. Namun nama itu tidak bisa langgeng. Beberapa bulan kemudian diganti menjadi Arema`86. Sayang, upaya Derek untuk mempertahankan klub Galatama Arema`86 banyak mengalami hambatan, bahkan tim yang diharapkan mampu berkiprah di kancah Galatama VIII itu mulai terseok-seok karena dihimpit kesulitan dana.
Dari sinilah, Acub Zaenal dan Lucky lantas mengambil alih dan berusaha menyelamatkan Arema`86 supaya tetap survive. Setelah diambil alih, nama Arema`86 akhirnya diubah menjadi Arema dan ditetapkan pula berdirinya Arema Galatama pada 11 Agustus 1987 sesuai dengan akte notaris Pramu Haryono SH–almarhum–No 58. “Penetapan tanggal 11 Agustus 1987 itu, seperti air mengalir begitu saja, tidak berdasar penetapan (pilihan) secara khusus,” ujar Ovan mengisahkan.
Hanya saja, kata Ovan, dari pendirian bulan Agustus itulah kemudian simbol Singo (Singa) muncul. "Agustus itu kan Leo atau Singo (sesuai dengan horoscop),"imbuh Ovan. Dari sinilah kemudian, Lucky dan, Ovan mulai mengotak-atik segala persiapan untuk mewujudkan obsesi berdirinya klub Galatama kebanggaan Malang.

Nama Arema di dekade '80-an

Sampai akhirnya pada dekade 1980-an muncul kembali nama Arema. Tidak tahu persis, apakah nama itu menapak tilas dari kebesaran Kebo Arema. Yang pasti, Arema merupakan penunjuk sebuah komunitas asal Malang. Arema adalah akronim dari Arek Malang. Arema kemudian menjelma menjadi semacam "subkultur" dengan identitas, simbol dan karakter bagi masyarakat Malang. Diyakini, Arek Malang membangun reputasi dan eksistensinya di antaranya melalui musik rock dan olahraga. Selain tinju, sepak bola adalah olahraga yang menjadi jalan bagi arek malang menunjukkan reputasinya. Sehingga kelahiran tim sepak bola Arema adalah sebuah keniscayaan.

Nama Arema pada masa Kerajaan



Nama Arema adalah legenda Malang. Adalah Kidung Harsawijaya yang pertama kali mencatat nama tersebut, yaitu kisah tentang Patih Kebo Arema di kala Singosari diperintah Raja Kertanegara. Prestasi Kebo Arema gilang gemilang. Ia mematahkan pemberontakan Kelana Bhayangkara seperti ditulis dalam Kidung Panji Wijayakrama hingga seluruh pemberontak hancur seperti daun dimakan ulat. Demikian pula pemberontakan Cayaraja seperti ditulis kitab Negarakretagama. Kebo Arema pula yang menjadi penyangga politik ekspansif Kertanegara. Bersama Mahisa Anengah, Kebo Arema menaklukkan Kerajaan Pamalayu yang berpusat di Jambi. Kemudian bisa menguasai Selat Malaka. Sejarah heroik Kebo Arema memang tenggelam. Buku-buku sejarah hanya mencatat Kertanegara sebagai raja terbesar Singosari, yang pusat pemerintahannya dekat Kota Malang.

Peta Kota Malang

Kutho Malang

Kutho malang kuthone pancen rame
Pasar Induk Gadang panggonane
Kulon lun alun ngeglok Masjid Jami’e
Ojo lali Arjosari terminale

Tahu tempe Sanan panggonane
jalan Lombok terkenal soto ayame
nyami’ane kripik singkong jik nyamplenge
Aremania wis kondang sepakbolae

Sepenggal lagu jawa diatas,mungkin bisa menjadi gambaran yang pas,bercerita tentang eksotisme kota.Terjemahan bebasnya kurang lebih,Kota Malang kotannya memang ramai,Pasar Induk Gadang tempatnya (belanja),di barat Alun-Alun ada Masjid Jami’,jangan lupa Arjosari terminalnya.Tahu tempe, Sanan tempatnya.Jalan lombok terkenal dengan soto ayamnya,kudapannya kripik singkong.Aremania sudah terkenal sepakbolanya.
Sudah empat tahun lebih saya hidup di kota bunga ini,bukan waktu yang tergolong singkat tentu saja.Banyak hal hal unik yang bisa saya temukan selama empat tahun lebih berdomisili disini.
Mungkin sebentar lagi saya harus meninggalkan kota ini.Meskipun,kalau boleh jujur,sebenarnya saya sudah jatuh hati dengan kota yang satu ini.
Malang memang bukan tergolong kota yang terlalu besar,meskipun di provinsi jawa timur,kota ini tergolong sebagai kota terbesar kedua,sesudah kota surabaya tentu saja.Kota ini dulu pernah mendapat julukan switzerland nya,Indonesia,bahkan dulu sempat menjadi nominasi untuk dijadikan ibukota negara ini.
Sebagai sebuah kota,malang seperti kota kota besar lainnya di Indonesia,juga mempunyai sejarah yang cukup panjang.Hal ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para wisatawan asing,terutama yang berasal dari negeri Belanda.Dahulu beberapa kawasan di kota malang memang menjadi kawasan tempat tinggal warga belanda,selama masa penjajahan.Sehingga tidak heran,di malang banyak terdapat gedung,rumah,tempat ibadah maupun sekolah yang merupakan warisan peninggalan zaman penjajahan Belanda.
//munirfiles.files.wordpress.com)
gementehuis (http://munirfiles.files.wordpress.com)
Foto diatas,adalah gedung pusat pemerintahan kota malang pada zaman belanda,sekarang gedung ini menjadi kantor walikota malang.Pada zaman perang kemerdekaan gedung ini sempat dibakar oleh para pejuang,untuk mengahalangi gerak pasukan belanda.
//2.bp.blogspot.com)
Kantror Walikota Malang (http://2.bp.blogspot.com)
Kawasan lain yang menyimpan nilai historis tinggi adalah di jalan ijen,kawasan ini sekarang ini menjadi kawasan hunian elit warga kota malang,dulu pun tak jauh beda.Kawasan ini adalah tempat rumah tuan tuan dan nyonya belanda tinggal.
//ksupointer.com)
jalan ijen tempo dulu (http://ksupointer.com)
//ngebolang.files.wordpress.com)
jalan ijen sekarang (http://ngebolang.files.wordpress.com)
Ada lagi satu bangunan di jalan ijen yang bisa bercerita tentang sejarah kota malang,Gereja Ijen,merupakan salah satu bangunan tempo dulu dikawasan ijen yang sampai sekarang masih berdiri kokoh.
//img.photobucket.com)
gereja ijen dulu(http://img.photobucket.com)
//m1qbal.files.wordpress.com)
gereja ijen sekarang (http://m1qbal.files.wordpress.com)
Kawasan alun alun kota malang sekarang,juga menyimpan banyak bangunan tempo dulu.Masjid agung kota malang dan sarinah plaza adalah beberapa penanda zaman yang masih bisa kita saksikan kemegahannya saat ini.
//malang.endonesa.net)
masjid agung (http://malang.endonesa.net)
//www.rumahzakat.org)
masjid agung sekarang (http://www.rumahzakat.org)
http://i730.photobucket.com
http://i730.photobucket.com
http://i289.photobucket.com
http://i289.photobucket.com
Masih di kawasan alun alun ada satu toko eskrim yang sangat terkenal,toko eskrim oen terkenal karena usianya yang mungkin sudah melebihi republik ini.Sampai sekarang,toko ini masih mempertahankan ‘kejadulannya’,salah satu tempat yang sering dikunjungi wisatawan asing yang berkunjung di kota malang.
//t2.gstatic.com/)
toko oen dulu(http://t2.gstatic.com/)
http://dionperdana.student.umm.ac.id
http://dionperdana.student.umm.ac.id
Gedung yang sekarang menjadi sma frateran malang ini juga tergolong bangunan jaman bahuela di kota malang.Terletak di kawasan yang sekarang sangat ramai dengan lalu lalang kendaraan,berbeda sekali pada waktu zaman dahulu.
http://katedral.keuskupan-malang.web.id
http://katedral.keuskupan-malang.web.id
http://lh3.ggpht.com
http://lh3.ggpht.com
Sebenarnya masih banyak sekali saksi sejarah perkembangan kota malang yang masih ada sampai saat ini,kawasan kayutangan,stasiun kota,kawasan rampal dan amsih banyak lagi.
Banyak yang bilang kalau malang sudah kehilangan kesejukannya yang dulu menjadi salah satu kebanggan warga kotanya.Banyak kawasan yang kemudian berubah menjadi pusat pusat perbelanjaan,bisa jadi ini adalah satu fenomena umum yang juga terjadi di kota kota besar lain di indonesia yang sedang berkembang.Mungkin yang paling bikin miris,di beberapa kawasan kota malang,sudah tidak lagi bebas banjir.Bila musim hujan tiba,dipastikan kawasan kawasan tadi akan digenangi air.

Bangunan Tua Saksi Sejarah



Salah satu alasan mengapa banyak turis yang berkunjung ke Malang karena di sini banyak bangunan tua sebagai saksi sejarah kejayaan masa penjajahan Belanda. Turis-turis yang berusia lanjut berjalan kaki mengenang masa lalu melihat gedung-gedung tua yang masih tegak berdiri.

Sampai tahun 1914 yaitu sebelum perencanaan pembangunan kota dimulai fasilitas-fasilitas seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan, pemerintahan, dan transportasi serta sarana kota dibangun dan sampai saat ini ada yang masih terawat dengan baik.

Gedung Zusterschool dan Fraterschool di jalan Tjelaket (kini menjadi sekolah Katholik), Gereja Hati Kudus Yesus di jalan Kajoetangan (sekarang jl. Basuki Rahmat) didirikan tahun 1905. Gereja terbesar kedua yaitu Gereja Santa Theresia (Theresiakerk) dibangun tahun 1936 yang letaknya di depan Boeringplain (taman Boering). Tempat peribadatan Islam terbesar adalah masjid Jami yang berdiri tahun 1875 di sebelah barat alun-alun. Tempat peribadatan untuk orang Cina di Klenteng Toa Pek Kong di Klentengstraat (jl. Laksamana Martadinata).

Bangunan Javasche Bank (Bank Indonesia) didirikan tahun 1914 di sebelah utara alun-alun. Bangunan Palace Hotel (kini Hotel Pelangi) ada di sebelah selatan alun-alun.

Karena Malang sebagai kota Garnizoen dengan pusatnya di sebelah timur Rampal maka didirikan rumah sakit militer di Klojenlor yang sekarang menjadi rumah sakit umum. Untuk karyawan perkebunan ada Malangsche Ziekenverpleging di daerha Rampal, yang kini menjadi rumah sakit Lavalette. Sedangkan rumah sakit Katholik yaitu RKZ terletak di Sawahan.

Tahun 1926 timbul gagasan untuk mendirikan balai kota Malang melalui sayembara perencanaan balai kota yang lokasinya sudah ditetapkan yaitu di daerah lapangan J.P. Coen. Pada Nopember 1929 gedung baru tersebut dipakai dan yang pertama kali menempati adalah wali kota Malang kedua pengganti H. Bussemaker yaitu Ir. E.A. Voorneman.

Jaringan kereta api yang menghubungkan Surabaya, Malang dan Pasuruan diresmikan 16 Mei 1878. Selain itu dibuat jalan raya antara Malang dengan Blitar dan Kediri. Rel trem juga dibangun.

Tata Kota Malang di Kabupaten Pedalaman



Awal tahun 1900-an Malang maih merupakan sebuah kota kabupaten yang kecil di pedalaman. Saat itu Malang masih merupakan bagian dari Karesidenan Pasuruan. Setelah ditetapkan sebagai gemente (kotamadya) tahun 1914 berdasarkan staadsblad no. 297 barulah Malang mulai berkembang pesat sehingga 1 April 1914 ditetapkan sebagai berdirinya kotamadya Malang.

Berjalan-jalan di seputar kota menimbulkan kesan yang mendalam menyaksikan bangunan-bangunan tua yang berdiri kokoh dengan cirri khas arsitektur colonial Belanda. Satu-satunya perencana kota zaman colonial antara 1914-1940 adalah Ir. Herman Thomas Karsten dan salah satu karyanya terwujud dalam perencanaan kota Malang.

Perencanaan perluasan kota Malang dijabarkan melalui Bouwplan I-VIII yang mulai dilaksanakan 18 Mei 1917. Dimulai dengan dibangunnya perumahan baru untuk golongan orang Eropa disebut daerah Oranjebruut yang memakai nama-nama jalan ari anggota keluarga kerajaan Belanda seperti Wilhelmina straat (sekarang jl. dr. Cipto), Emma straat (jl. dr. Soetomo) dan lain-lain. Daerah ini mulai dihuni 21 Februari 1918.

Bouwplan II dituangkan dalam perluasan kota di daerah yang dinamakan Gouverneur-Generaalbuurt dengan sebutan Alun-alun Bunder dengan kolam air mancur di tengahnya. Tugu berdiri tahun 1950-an dan diresmikan oleh presiden Soekarno. Alun-alun Bunder dinamakan J.P. Coen Plein yang sekarang disebut alun-alun tugu. Jalan-jalannya memakai nama jalan gubernur jenderal Hindia Belanda yang terkenal seperti Van Imhoff straat (sekarang jl. Gajahmada), Roebeck straat (jl. Kahuripan), Maetsuucker straat (jl. Tumapel), dan lain-lain.

Bouwplan V dimulai tahun 1924/1925. Untuk menghindari bentuk kota yang memanjang menjauhi pusat kota direncanakan jalur jalan utama yang kuat dari arah timur ke barat. Jalan tersebut dimulai dari stasiun kereta api terus ke arah Daendels boulevard (sekarang jl. Kertanegara) memotong jl. Kayoetangan terus ke timur ke jl. Semeroe dan berakhir di Semeroe Park. Dari sinilah bisa dilihat gunung Kawi sebagai focalpoint yang bagus (kini terhalang oleh museum Brawijaya).

Jalan utama adalah jl. Ijen yang membujur ke arah utara-selatan yang kelak menjadi ciri khas kota Malang. Yang boleh didirikan di sini hanya tipe vila saja. Ada pemisahan yang jelas antara kendaraan dan pejalan kaki. Tiap perpotongan jalan dibuat taman.

ini gambarnya,

Malang Tempo Doeloe



aahhh.. siapa yang tidak mengenal kota Malang.
kota sejuk di lereng gunung kawi ini nyatanya menawarkan sejuta pesona. 
tak hanya hawanya yang sejuk tetapi juga panorama yang memukau disetiap sudut kotanya. 

tak hanya itu,  
kota ini juga memanjakan si penyuka sejarah, karena romantisme colonial  belanda benar benar masih kental 
lewat peninggalan gedung2 belanda yang 
masih menjulang kokoh di kota yang telah berkembang sejak tahun 700-an itu. 

setiap tahunnya malang selalu menggelar ajang Malang tempo doeloe, di jalan ijen. 
setiap pengunjung pun diwajibkan mengenakan dresscoat jaman nonik2 belanda itu.
Tempoe Doeloe Malang adalah salah satu aset sejarah yang tak terbantahkan....di negeri ini
and here the story goes....


ck roe - heru susanto. Diberdayakan oleh Blogger.